Haruskah Kita Tetap Terjatuh?

Posted by Aulia RA , Sunday, 29 December 2013 14:07

Judul buku             : Aku Telah Gagal dan Hancur ...
Pengarang              : Abdul Qodir Shaleh
Penerbit                  : Garai Ilmu
Cetakan                  : I, Maret 2010
Tebal                      : 252 halaman




Percayalah, setiap orang pernah mengalami kegagalan. Dan orang-orang yang berhasil, tetap eksis, ialah mereka yang mampu merancang kecerdasan efektif dalam mengelola pengalaman kegagalan-kegagalannya, memadukannya dengan keyakinan, percaya diri, dan antusiasme yang tinggi. Mereka begitu dahsyat menyulap kegetiran menjadi keagungan. Mereka membalas cambuk kegagalan dengan merkuri kesuksesan. Dan sungguh, Anda pun bisa seperti mereka.

Buku motivasi ini ditulis oleh Abdul Qodir Shaleh yang lahir di Banyuwangi pada tanggal 16 September. Penulis menyelesaikan jenjang sarjananya di IAIN (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada fakultas syariah jurusan jinayah siyasah dan lulus pada tahun 2002. Penulis kemudian menempuh pendidikan mandiri dalam bidang psikologi dan motivasi.

Ide penulisan buku ini muncul dari keseharian penulis yang tertarik untuk lebih mendalami ranah psikologi dan motivasi. Setelah mencerap berbagai ide dan gagasan dari tokoh-tokoh besar dunia, penulis akhirnya memutuskan untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki agar bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Abdul Qodir Shaleh menekankan bahwa orang yang mengoptimalkan potensi diri dan kekuatan diri sendiri akan mampu  mengarahkan hidup ke tujuan-tujuan yang lebih baik dan positif. Seseorang harus mempunyai keterampilan dan pengetahuan tentang bagaimana cara mengelola kegagalan dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk melejitkan potensi dan kualitas diri. Pun seseorang harus memiliki “kecerdasan kegagalan” atau failure quotient. Hal tersebut yang secara rinci dibahas di buku motivasi ini.

Dengan ukuran huruf yang “pas” serta dirangkai dengan gaya bahasa yang sederhana dan jelas, penulis meyakinkan bahwa kegagalan bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dikalahkan. Manusia memang tidak bisa lepas dari kegagalan dalam kehidupannya karena melalui kegagalanlah maka manusia bisa belajar dan mengembangkan dirinya.

Dalam setiap lembarannya terkandung makna yang mendalam. Makna dari kegagalan yang datang bertubi-tubi pada kehidupan orang-orang yang ternyata dari kegagalan-kegagalan itu mereka menjadi tokoh yang sangat berpengaruh bagi peradaban dunia. Seperti cuplikan kisah Thomas Alfa Edison. Selain itu, saat membalik halaman demi halaman akan dijumpai banyak kata mutiara yang dapat membangunkan saat Anda jatuh. Sebuah kalimat berenergi positif yang menjadi mantra saat Anda butuh motivasi.

Buku yang berjudul Aku Telah Gagal dan Hancur ini memang lebih banyak kelebihannya dari pada kekurangannya, namun ada beberapa hal yang menjadi kekurangan buku ini seperti banyak kata-kata yang di ulang dalam beberapa  pembahasan.

Buku motivasi yang sangat super ini merupakan pikiran-pikiran yang ada didalam otak penulis. Penulis menulis buku ini dengan bahasa yang mudah dicerna oleh kalangan pemuda-pemudi zaman sekarang, sangat menarik untuk dibaca.  Sehingga pemuda-pemudi lebih tertarik dalam membacanya. Penulis berharap bahwa buku ini bukan hanya dibaca oleh orang-orang tua (dewasa) saja namun buku ini harus dibaca oleh banyak pemuda-pemudi karena pemuda-pemudi zaman sekarang akan menjadi pemimpin di masa depan, menjadi generasi penerus. Dimana mereka harus memiliki kecerdasan kegagalan, harus bisa memahami bahwa kegagalan bukanlah hasil melainkan sebuah proses.

Setelah membaca buku motivasi ini banyak sekali manfaat yang akan di dapat oleh pembaca, diantaranya akan memiliki motivasi yang benar dan besar dalam hidup Anda, memiliki cara pandang positif menghadapi kehidupan, menuntun Anda menggali cita-cita besar Anda, mengenali sifat-sifat positif untuk ditumbuhkan dan dikembangkan, mengenali sifat-sifat negatif untuk dikikis dan dihilangkan, membantu Anda mencari alur bagaimana meraih sukses dan bahagia, memiliki cara-cara yang tepat dan akurat untuk menggali potensi diri melejitkannya meraih pretasi luar biasa, tidak menyia-nyiakan momentum dan kesempatan, selalu berfikir dan bekerja keras untuk mengembangkan diri, menyadari keterbatasan, lakukan percepatan dan pemberdayaan, raih prestasi, menyusun rencana hidup untuk melahirkan amal-amal unggulan, dan jangan menyerah menghadapi masalah.

Dan yang terpenting adalah Anda bisa berlatih untuk meningkatkan kecerdasan kegagalan Anda. Semoga Anda bisa memahami kegagalan dari sudut pandang yang positif dan menjadikannya sebagai cambuk untuk mencapai hal-hal yang lebih baik lagi. Tingkatkanlah kualitas hidup Anda dan Anda pun akan menjadi orang yang sukses dan bahagia.

“Setiap kesusahan, setiap lingkungan yang tidak menyenangkan, setiap kegagalan, dan setiap rasa sakit fisik akan memunculkan benih-benih keuntungan yang sama besarnya dengan setiap kemalngan tersebut.”  
(Ralph Waldo Emerson)


- Aulia Wijanarko -

GRAFOLOGI, MELIHAT KARAKTER DARI TULISAN TANGAN

Posted by Aulia RA , 13:43

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari karakter atau sifat seseorang. Psikologi memandang bahwa sesuatu yang terjadi atau hal yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan keadaan  psikis orang tersebut. Banyak orang yang berminat untuk mempelajarinya. Karena mereka pikir psikologi itu unik.

Psikologi membantu  manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satunya dalam urusan menerima pegawai baru pada suatu perusahaan. Setiap calon pegawai diharuskan untuk mengikuti tes psikologi untuk memenuhi persyaratan. Walau kadang kala banyak calon pegawai yang tidak lolos seleksi karena gagal dalam tes psikologi ini. Begitu pula dengan penerimaan siswa baru pada sebuah sekolah. Hal ini dilakukan  untuk mengetahui keadaan  psikis seseorang sehingga ia layak atau tidak untuk bisa bekerja atau sekolah disana.

Semua cabang ilmu psikologi mempelajari karakter seseorang. Hal ini sudah cukup jelas. Jika psikologi mempelajari karakter, maka secara otomatis cabang-cabang dari ilmu ini juga mempelajari karakter seseorang. Hanya saja yang membedakan antara cabang satu dengan lainnya adalah objek yang diambil untuk dianalisa.

Grafologi merupakan cabang dari psikologi. Grafologi berasal dari kata grapho yang berarti tulisan dan logo yang berarti ilmu. Grafologi mempelajari karakter seseorang dengan menganalisa tulisan tangan. Selain itu, objek grafologi adalah tanda tangan. Karakter atau sifat seseorang dapat dibaca setelah  melihat tulisan tangan dan tanda tangannya lalu menganalisanya. Berbeda arah kemiringan huruf, bentuk huruf  maupun interpretasi huruf, karakternya sudah berbeda. Pun dengan tanda tangan. Perbedaan karakter ditunjukkan dengan bentuk tanda tangan yang sederhana, rumit atau bahkan hanya sebuah coretan tak beraturan.

Grafologi merupakan ilmu yang mempelajari karakter seseorang. Keakuratan grafologi dalam membaca karakter sekitar 80 %. Tulisan tangan dan tanda tangan seseorang menjadi cerminan kepribadian orang tersebut.


- Aulia Wijanarko -

I Have Trapped Here #2

Posted by Aulia RA , Sunday, 15 December 2013 22:36

Ririiiisssss...
Selamaaattt! Kowe D1 Pajak Jakarta!
Alhamdulillah :)

Aku menerima pesan itu pukul tiga dini hari. Pesan singkat dari teman sekelasku, Naila, yang dikirimkan sekitar pukul setengah dua pagi. Ada panggilan tak terjawab pula dari dia. Nyawaku masih belum terkumpul sepenuhnya. Aku langsung bergegas ke kamar mandi. Hari ini masih ospek, dan hari ini juga pengumuman USM STAN 2013. Aku belum bisa melihat pengumumannya. Koneksi internet di kos amat lambat. Dan aku menganggap sms dari Naila adalah gurauan belaka.

Selesai mandi langsung makan. Makan sebelum subuh. Berlebihan memang, ospek mulai jam 5.30 sarapan jam 3.30. Aku hanya malas terburu-buru. Mending bangun pagi, punya banyak waktu dan santai. Aku balas sms dari Naila.

Tenane, neng? Mbok ojo guyon to..
Aku durung iso niliki ki

Lama. Tidak dibalas-balas. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada dua teman kenalanku waktu tes dulu.

Gimana? Lolos nggak? Aku belum bisa liat ni

Aku sms begitu supaya siapa tau mereka mau melihatkan pengumumannya. Ada namaku atau tidak. Modus. Langsung dibalas. Mereka berdua lolos. "Ciyeeee, selamat yaaa.." Aku membalas. Dan mereka mau mencarikan namaku. Dan ternyata memang aku lolos. Aku bingung harus senang atau sedih. Senang karena aku diterima di STAN yang notabene perkara pekerjaan sudah terjamin, pun orang tuaku sangat bahagia. Atau sedih karena ini bukan bidang yang aku minati dan aku tuju. Bahkan ini adalah bidang yang sangat sangat sangat aku benci.

Meninggalkan universitas yang baru aku ikuti ospeknya sungguh tidak masalah. Karena jelas ini bukan kampus yang aku mau. Dengan senang hati aku pergi dari sini. Apalagi pergi dari kosku. Lebih senang hati.

Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah menurut apa kata orang tua. Aku sudah pasrah. Sudahlah. Aku sampai saat ini belum bisa membahagiakan mereka. Mungkin dengan aku kuliah di STAN dapat menyenangkan mereka dan sedikit mengurangi beban mereka. Toh, bapak dan ibu juga sudah mengikhlaskan uang yang sudah dibayarkan ke kampus itu. "Ora opo-opo, Ris. Ikhlas. Itung-itung gawe sedekah. Mugo-mugo wae iso diganti karo Gusti Allah," ibu menenangkanku.

Hari terakhir ospek, aku dijemput kedua orang tuaku untuk pulang ke Temanggung. Menyiapkan segala berkas-berkas untuk daftar ulang. Selama satu minggu disini memang membuatku rindu Temanggung. Hanya seminggu lebih 2 hari. Satu pekan homesick. Satu kos berisi 3 orang dan aku tidak nyaman dengan 2 teman baruku disana.Yang satu suka membahas tentang cowok dan selingkuhannya dan satunya lagi suka menonjolkan diri, pinter bahasa Inggris lah, ini lah, itu lah. Benar-benar tidak nyaman. Beruntung satu rumah dengan ibu kos nya. Dan ada anak-anaknya yang lucu-lucu. Selama perjalanan pulang aku hanya melamun, membayangkan hal-hal baru yang akan kujalani nanti. Selain itu aku tidur, menahan lapar.

Kuliah di STAN adalah tantangan baru dalam hidupku. Dimana aku harus menempuh segala hal yang aku benci. Entah bisa bertahan atau tidak. Berbekal doa orang tua saja, belum ada niat dari diri sendiri. Apalagi dengan diriku yang masih belum ikhlas dengan dua kali penolakan  dari sebuah institut. Sempat terbesit pikiran untuk mengikuti SBMPTN tahun depan. Aku pun sudah menyiapkan buku-buku untuk belajar SBMPTN yang akan aku bawa ke Tangerang. Gila. Iya, aku memang sudah gila. Masih mau mengejar sesuatu yang jelas-jelas sudah jauh di ufuk barat. Menjauhi cakrawala. Padahal aku sudah berjuang keras untuk lolos kampus impianku itu. Tapi saat USM STAN, mengerjakan soal asal-asalan, santai dan agak serius untuk menghindari nilai mati. Ternyata malah lolos. Pun ketika tes kesehatan-kebugaran. Aku tidak pernah niat. Tidak mau latihan. Rasanya berat melakukan itu. Melakukan yang bukan dari hati.

***

Perkara tes kesehatan-kebugaran cukup membuatku terharu. Orang tuaku benar-benar prihatin. Sementara aku dengan nistanya tidak niat latihan. Benar-benar anak kurang ajar aku ini. Ibuku rela menemani aku menginap di rumah kakak sepupuku di Yogyakarta. Kebetulan saat aku kesana, mbak ku itu berangkat ke Jakarta untuk menghadiri acara Pagelaran Seni Anak Negeri yang disiarkan salah satu stasiun televsisi swasta. Hanya ada suami mbakku dan kedua anaknya yang masih kecil serta kakak sepupuku lagi, adik laki-laki dari mbakku. Jika ibu tidak ikut menginap, tidak ada yang memasak. Argumen ibu cukup kuat. Alhasil, beliau bisa ikut menginap. Adikku pun ikut-ikutan. Izin tidak masuk sekolah, adikku memang sangat manja dengan ibu. Tidak mau pergi jauh-jauh, tidak mau pisah. Padahal sudah kelas 1 SMP. Sebenarnya bapak juga mau ikut menginap dan mengantar aku saat lari. Tapi, ada rapat di kantor yang tidak bisa beliau tinggalkan. Bisa beresiko terhadap pekerjaan bapak. Dan kehidupan keluarga kami.

Satu hari sebelum aku berangkat ke Yogyakarta untuk tes wawancara dan tes kesehatan-kebugaran, aku benar-benar sadar bahwa aku harus lolos USM ini. Hanya satu alasan. Demi orang tua. Tidak ada yang lain. Mungkin aku tidak bahagia, tapi jika ini membuat orang lain dan orang yang aku cintai bahagia, Insyaallah akan membahagiakan aku juga.

Hari H telah tiba. Jadwal hari pertama adalah tes wawancara. Aku memasuki ruangan dengan gugup. Susah payah mengatur napas. Meja pewawancara sudah aku temukan. Duduk dan senyum.  "Selamat siang, Bu." Aku menyapa beliau dengan senyum lebar yang kusunggingkan. Penuh kemantapan. Demi bapak dan ibu. Beruntungnya aku, hal-hal yang ditanyakan dapat aku jawab dengan lancar. Apalagi pertanyaan pertama adalah tentang organisasi yang aku ikuti. Tentang tugasku sebagai Sie Peduli Alam di kelompok pecinta alam sekolahku. Aku jelaskan bahwa kelompok pecinta alam di sekolahku ilegal, belum mendapat izin dari pihak sekolah. Dan segalanya, proses kami mendirikan organisasi ini dan solusi yang kami tempuh untuk dapat beraktivitas sebagai selayaknya kelompok pecinta alam. Aku rasa, tes wawancara ini berjalan baik.

Hari berikutnya adalah tes kesehatana-kebugaran. Benar-benar menguji fisik. Fisikku yang lemah dan ringkih ini  mau tidak mau aku harus melalui tes ini. Aku yang saat mau latihan lari hanya bisa 2 putaran lapangan sepakbola. Dan ajaibnya, tidak terjadi saat tes berlangsung. Aku mendapat rompi berwarna emas dengan nomor punggung 6. Peluit sudah ditiupkan. Shalawat nabi aku baca pelan-pelan sambil berlari. Aku hanya berlari-kecil, berusaha tidak berjalan apalagi berhenti. Melawan sinar matahari yang begitu mencekat. Yogyakarta pukul 11 pagi sudah cukup memanggang kulit dan semangatku. Ajaib. Aku bisa bertahan 12 menit berlari keliling 5 putaran lapangan sepakbola tanpa berhenti. Berkat kekuatan doa orang tuaku.Sungguh mu'jizat yang luar biasa dari Allah. Tidak peduli walau hanya 5 putaran, yang penting aku bisa membuktikan jika aku kuat berlari. Tidak sia-sia dulu setiap Jum'at waktu SMP kami disuruh lari pagi. Dan saat SMA kami juga selalu lari. Lupa tepatnya kami lari berapa kilometer.

***

Sebanyak 30an anak diterima dari daerah asalku. Dan kurang lebih 25 anak berasal dari SMA ku. Hari minggu kami berkumpul di SMA ku membahas keberangkatan dan kos kami. Beruntung organda kami sangat peduli dan mau membantu kami mencari tempat tinggal di sana. Untuk anak laki-laki menempati markas organda. Dan yang perempuan manut-manut saja dicarikan kos. Kakak-kakak tingkat jauh lebih mengerti dan tidak mungkin memberikan yang tidak nyaman kepada kami.

Mungkin Allah akan menunjukkan sesuatu kepadaku lewat STAN ini. Aku hanya meyakini bahwa apa yang sudah diberikan Allah adalah yang terbaik bagi ummatNya. Yang harus aku lakukan saat ini adalah mengikhlaskan yang dulu-dulu dan memulai lembar hidup baru disini. Di kampus STAN ini. Aku akan terus berusaha mencintai apa yang aku lakukan sekarang. Walau ini sangat aku benci dan sangat berat aku jalani. Tapi aku masih mempunyai orang tua yang harus aku bahagiakan. Orang tua yang selalu memotivasi dan mendoakan yang terbaik bagi anaknya.

***

Senin. Pertama kuliah. Aku belum tahu masuk kelas mana dan sekelas dengan siapa saja. Ribet harus kesana kemari, disuruh menghubungi ini itu. Akhirnya daftar kelas ditempel. Oke. Namaku berada di kelas 1-H. Jadwal kuliah pertama adalah Pajak Penghasilan di ruang C205. Aku naik ke lantai 2. Ruangan sudah kutemukan, sudah ada dosen rupanya. Aku ketuk pintunya, si dosen hanya mengangguk tanda mempersilakan aku masuk. Aku lihat sudah banyak mahasiswa yang masuk, duduk rapi takjim mendengar ocehan si dosen. Dan alamak! Mengapa laki-laki semua? Dimana mahasiswinya? Hanya ada 4 mahasiswi. Aku mencari tempat duduk bagian belakang. Yang dekat dengan keempat mahasiswi tadi. Aku melemparkan senyum pada mahasiswi di sebelah kiriku. Aku merasa kikuk. Ah, mungkin belum datang semua, batinku. Tapi selama 2 jam kuliah perdana ini tidak ada lagi mahasiswi yang masuk kelas. Aku mahasiswi terakhir yang masuk kelas.

Satu kelas 37 manusia. 32 mahasiswa dan 5 mahasiswi. Sungguh, ini akan menjadi biasa. Dan disinilah petualanganku berlanjut.


- Aulia Wijanarko -







Layang Kanggo Sliramu

Posted by Aulia RA , Sunday, 8 December 2013 13:08



Ing ngisoring cahya sitoresmi, 25 November 2011

Kanggo wintang ing penggalihku,
Kangmas Dika
Ing pawiyatan luhur Universitas Trisakti

Kairing rasa tresna,
Liwat layang iki aku mung kepingin ngerti kabare kangmas. Mugo-mugo kangmas ing kono diparingi kasarasan marang Gusti ingkang Maha Agung. Alhamdulillah mas, aku ning kene isih diparingi kasarasan. Aku mung bisa ndongakake mugo-mugo kangmas bisa nindakake sekolah kang leres lan opo sing dicita-citakake kawujud.

Aku melu seneng yen kang mas bisa sukses. Namung ana siji perkara sing marakake atiku tansah sedih, marakake atiku lara, mas. Lara jroning batin. Rasa kangenku marang kang mas sing marakake aku sedih, lara ati. Ora krasa wis setahun aku ora weruh ulat manis lan esemmu. Luwes yen aku ngrasakake kangen marang sliramu. 

Nanging apa kangmas uga kangen marang awakku? Aku sing wis dadi kanca atimu telung tahun suwene. Aku ngerti yen kangmas lagi golek ilmu ing pawiyatan luhur kono. Mula kangmas ora bisa sakwayah-wayah bali mrene kanggo nemoni aku. Nanging aku ya ora bisa mendem rasa kepingin ketemu kangmas suwe-suwe. 

Nalika aku nulis layang iki, ora krasa luh tumetes ing pipiku. Kui nggambarake yen aku pancen kangen banget marang sliramu. Aku bingung karo sipate kangmas, sipatmu saiki berubah. Sliramu langka menehi kabar marang aku. 

Apa kangmas saking sibuke nganti ora sempet ngabari aku? Apa kangmas wis lali karo aku sing wis nresnani kangmas? Lali karo carita tresna kita? Aku tekan saiki durung ngerti panyebab sipat kangmas berubah. Yen kangmas wis ora tresna marang aku meneh banjur ngongkon supaya aku bisa nglalekake kangmas, aku ora bisa. Aku ora bisa  kangmas. Aku wis kebacut tresna marang sliramu. 

Kanggo nglalekake awakmu wae aku ora bisa opo meneh kanggo nglalekake rasa tresna iki. Aku kepingin weruh kangmasku sing mbiyen, sing durung berubah koyo saiki. Kangmas sing tak kenal aku.
Arti tekamu ing uripku gawe endah dina-dinaku. Tresna lair ing awakku lan awakmu. Rasa tresna kang wis lair iku ora bisa ilang kepangan wektu lan jaman. Rasa tresna iku wis kesimpen ing atiku lan atimu. Aku lan sliramu ora bisa kepisah.

Cukup semene layang kangen iki. Aku wis ora bisa nahan rasa kangen iki. Aku mung bisa nangis yen kelingan sliramu. Mugo-mugo kangmas ora lali marang aku lan rasa tresna iku.


Salam kangen,
Ingga





(layang kangen 2 tahun kepungkur - tugas basa Jawa kelas 11)

I Have Trapped Here #1

Posted by Aulia RA , Saturday, 7 December 2013 00:32

"Sekarang giliran yang ulang tahunnya bulan November maju ke depan ya.. Aulia sama Rifky."
Perintah pak Mey, guru fisika kami. Hari ini sedang pelajaran fisika, seperti biasa kami selalu moving ke lab fisika setiap pelajaran ini. Jarang berada di ruang kelas. Kebetulan agenda kali ini adalah latian soal menjelang UN, kami duduk satu kelompok. Alih-alih mengerjakan soal, beberapa siswa disuruh maju ke depan sesuai urutan bulan kelahirannya untuk menjawab pertanyaaan yang diajukan oleh teman kami dan menyampaikan cita-cita kami.

Aku dan Rifky pun maju. "Ya, siapa yang mau ngasih pertanyaan ke mereka? 3 pertanyaan ya.." tanya pak Mey ke teman-teman. Akhirnya Naila, Saka dan Dyas yang memberi pertanyaan pada kami. Waduh sial, kenapa yang nanya mereka, kan mereka orang-orang maju, batinku. Dan aku yang menjawab duluan. 

Pertanyaan pertama dari Dyas. "Apa yang akan kamu lakukan kalau punya uang banyak?" Dengan sepele aku menjawab, "Akan aku gunakan buat berangkatin haji ortu dan membantu sesama, karena aku punya cita-cita ingin membangun panti asuhan dan rumah singgah buat anak-anak jalanan." Tsaaah. Cukup biasa jawabannya. Nggak ada yang standing applause sama jawabanku.

Pertanyaan kedua dari Saka. "Milih waktu apa uang?" Hmm, simpel. Tapi bingung jawabnya gimana. Akhirnya aku jawab. "Waktu, karena dengan waktu yang kita miliki, kita dapat melakukan apa saja. Waktu tidak dapat dicari dengan uang, tapi uang dapat dicari dengan waktu." Singkat dan tidak bermutu jawaban ini.

Pertanyaan terakhir dari Naila. "Benda apa yang paling kamu takuti?" Berpikir cukup keras untuk menjawab ini. Jangan-jangan entar ditakut-takutin lagi, pikirku. "Ulat bulu. Ya, ulat bulu." Jawabku akhirnya. "Ooohh.." Teman-teman menggumam. Jawaban yang sangat meyakinkan.

"Cita-citamu kuliah apa?" tanya pak Mey. Oh ibu, ini sungguh pertanyaan yang sangat ingin aku jawab. Tapi aku malu menjawabnya. Penuh kemantapan tingkat akhirat, aku menjawab.
"Geodesi pak.." 
"Ooh, mau ambil dimana?" Tanya beliau lagi. Jegeeerrr. Bumi gonjang-ganjing. Aku nggak mau jawab. Oh ibu... 
"ITB pak." Aku menjawab dengan lirih. 
"Mana?" Ulang beliau.
"ITB pak. Itebe."
"Ooo yayaya. Suka ngukur tanah ya?"
"Ee, suka yang alam-alam pak. Yang berhubungan sama alam, geologi atau geodesi." Astronomi pak, astronomi, itu cita-cita nomor satu saya pak, jawabku dalam hati.

Ya, astronomi oh astronomi. ITB oh ITB.
Selamanya akan tetap menjadi cita-cita. Apapun itu, bagaimanapun itu.


***


Seberapa besar niat aku masuk ITB? Sangat besar. Sangat sangat besar. Dan justru karena niat aku yang sangat berlebihan itu membuatku mustahil untuk masuk kesana. Bahkan mencium aroma kampus itu pun mustahil.

Semua berawal dari cita-citaku semasa SD. Menjadi seorang astronom. Gara-gara beli majalah Bobo dan sering ada rubrik astronominya, aku jadi berani bercita-cita jadi astronom. Ilmuwan, hebat, jenius, imajinasi tinggi, logika kuat. Benar-benar wow! Cita-cita terus terbawa sampai SMP. Di masa ini malah semakin menjadi-jadi. Belajar otodidak astronomi. Kebetulan selama 3 tahun aku sekolah di SMP 1 Parakan, tidak ada ekskul astronomi. Tapi saat aku lulus, ekskul astronomi diadakan. Sial. Sial sial sial! Teringat tentang itu aku selalu menggerutu.

Sejak SMP sudah memutuskan masa depanku harus berada di bidang astronomi. Kuliah astronomi, jadi astronom, nulis ensiklopedia astronomi, kerja di LAPAN (Alhamdulillah bisa di NASA), jadi penemu galaksi baru, membuat teori/aksioma/hukum astronomi dan memecahkan UFO.

Masuk SMA, harus bisa masuk jurusan IPA dan kuliah di ITB. Ya, ITB satu-satuya universitas di Indonesia yang memiliki program studi astronomi. Bahkan satu-satunya di Asia Tenggara. Mau tidak mau aku harus berjuang agar bisa kuliah di institut itu. Institut yang katanya terbaik se-Indonesia. Ya, ITB, Institut Terbaik Bangsa. Kalau aku tidak bisa kuliah di ITB berarti aku tidak bisa menjadi astronom. Optimistis bisa kesana. Tapi tidak ambisius.

Masuk IPA? Sudah terlaksana, tinggal menjalankan kehidupan sebagai anak IPA. Hidup dikelilingi rumus-rumus aneh, teori-teori rumit dan segalanya yang memaksa otak mencerna logika dengan tenaga 2 atau banyak kali lipat. Ini yang membuat aku semakin bersemangat terus belajar. Mengerti apa maksud sigma F sama dengan massa dikali percepatan. Apa yang bisa aku lakukan dengan hukum tersebut. Dan segala hukum-hukum ajaib lainnya. Aku cukup bertahan dengan kehidupanku itu. Walau ternyata sulit dijalani, tapi aku punya semangat tersendiri, keinginan kuat dan passion yang membuatku terus bertahan.

 ***

Seleksi masuk perguruan tinggi negeri sedang gencar-gencarnya. Sebelum ujian nasional kami sibuk mendaftar SNMPTN yang notabene adalah jalur tanpa tes. Kebetulan tahun ajaran kami jalur ini diikuti oleh seluruh siswa kelas 12. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang hanya beberapa persen yang mengikuti. Itupun hanya siswa-siswa dengan peringkat teratas dan yang mempunyai segudang prestasi.

Ini merupakan kesempatan emas bagiku. Peluang untuk kuliah di ITB sangat besar. Bagaimana tidak, aku bisa saja lolos seleksi ini dan impianku menjadi mahasiswa ITB terwujud. Ya, jika lolos. Itu syarat utamanya. ITB ITB ITB. Akhirnya aku bisa juga mendaftar di kampus ini. Setelah 2 tahun memantapkan diri dan benar-benar yakin bahwa inilah kampus tujuanku. Dengan jurusan yang akan aku ambil disana pula. FMIPA dan FITB. Astronomi. Rasanya semakin dekat saja aku dengan mimpiku.

Namun, niatku untuk mendaftar saja masih terhalang-halang. Hanya mendaftar. Lagi-lagi ibuku tidak setuju dengan keputusanku. Entah apa yang ada di pikiran beliau selalu saja tidak merestui keinginan anak sulungnya. Pikiran pendapat kami tidak pernah klop. Ibu selalu punya banyak alibi untuk menentang keputusanku. Dan aku hanya diam ketika mendengar alibi-alibi yang dilontarkan kepadaku.

"Buat apa kamu kuliah disana? Pingin menjauhi orang tua? Kamu seneng liat orang tuamu nggak pernah ketemu anaknya? Mau jadi apa kamu habis lulus dari sana? Disuruh nurut orang tua saja susahnya minta ampun!" Omel ibuku.

Pagi itu, sambil memakai jilbab aku menangis. Bagaimana tidak menangis jika mendengar perkataan ibu sendiri memojokkan anaknya. Aku tidak bisa menjawab. Takut. Takut jawabanku menambah keburukan hari ini. Hanya akan menambah percekcokanku dengan ibu semakin menjadi-jadi. Terlalu paranoidnya ibuku. Aku ingin kuliah di Bandung karena hanya disanalah program studi impianku ada. Jika ada di Yogyakarta, aku tidak akan susah payah kuliah di Bandung. Lebih baik dekat dengan orang tua dan aku dapat sewaktu-waktu pulang. Masalah tempat kuliah memang sepele. Tapi alibi ibu yang menyangkut mau-jadi-apa-setelah-lulus yang lebih membuatku sedih.

Astronomi memang masih sangat asing di Indonesia. Satu-satunya kampus yang menyelenggarakan program studi astronomi hanya di ITB. Sudah aku singgung tadi. Lapangan pekerjaannya juga sulit. Sangat sulit. Menurut beberapa artikel yang pernah aku baca, kebanyakan lulusan S1 astronomi ITB melanjutkan studinya di luar negeri. Dan tak usah ditanya lagi, mereka sudah pasti berotak jenius. Ini yang memotivasiku. Aku ingin kuliah di luar negeri juga. Di Inggris tepatnya. Negeri Ratu Elisabeth itu menghipnotisku untuk datang kesana. Sebuah universitas tersohor menjadi tujuanku selanjutnya. University of Cambrifge, Institute of Astronomi. Aku ingin mengambil jurusan ini disana. Masih sama.

Tetapi jika ditanya teman atau siapapun mengenai keinginan jurusan dan kampus yang ingin aku tuju, aku tidak menyebutkan astronomi ITB. Melainkan geodesi ITB. Entah menagapa aku malu jika menyebutkan cita-citaku yang sebenarnya. Hanya orang tua dan sahabatku saja yang tau. Guruku pun tidak. Menyebut ITB saja selalu merasa bersalah. Aneh, orang sepertiku kok bisa-bisa mau kuliah disana. ITB itu tempat orang genius. Sangat tidak pantas buatku. Tapi aku yakin, selama masih punya kemauan dan keyakinan besar, aku pasti bisa menggapai mimpi disana. 



Ini Benar - Benar...

Posted by Aulia RA , Friday, 6 December 2013 23:51

Cinta bukan sekedar memaafkan.
Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya.
Cinta adalah harga diri.
Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga.
Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut.
Tidak lebih, tidak kurang.

― Tere Liye, buku Sepotong Hati Yang Baru



Semakin baik sesuatu itu, semakin mahal isinya, maka pasti diberikan kunci terbaik untuk menjaganya. Misalnya kotak penyimpanan berlian, perhiasan, surat2 berharga yang ada di bank (safe deposit box), itu kuncinya kokoh, bahkan dilengkapi dengan kode sandi tertentu.

Sementara sesuatu yang kebanyakan, tidak berharga, dibiarkan saja digembok dengan kunci seadanya, atau malah tidak dikunci sama sekali, mau hilang, mau diambil orang, mau dipakai sembarangan, silahkan.

Nah, orang2 yg menjaga kehormatan perasaan, maka dia selalu memberikan gembok terbaik di hatinya. Karena mahal harganya, bernilai isinya. Esok lusa, ketika masanya tiba, hati itu hanya bisa dibuka dengan seseorang yg membawa kunci seperti: pemahaman agama, akhlak yg baik, dan jenis kunci-kunci terbaik lainnya. Bukan kunci kebanyakan yang bisa dipakai semaunya.

-Tere Liye-




'Pintu hati' itu tidak seperti pintu bendungan, yang kapanpun aman dibuka tutup, tidak merembes. Dalam urusan perasaan, sekali pintu hati dibiarkan terbuka, maka susah payah menutupnya kembali, tetap merembes, bahkan lubang bocornya jebol dimana2, membahayakan seluruh bendungan.

Maka, jika kita belum siap, belum niat serius, maka jangan suka membuka tutup pintu hati. Dan tentu saja, jangan mau digombalin oleh orang yg terbiasa sekali membuka tutup pintu hatinya. Lah, pintu bendungan dunia nyata saja hanya dalam kondisi tertentu dibuka tutup, berbahaya kalau dibuka sembarangan.

-Tere Lije-



Kita tidak usah jadi pengendali udara, pengendali air atau pengendali api. Kita cukup jadi pengendali hati saja.

Itu sudah cukup sakti.

-Tere Liye-




"Cinta sejati akan selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku dirundung cinta justru sebaliknya, memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, buru-buru serta berbagai perangai norak lainnya.

Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan."

-Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"



Orang-orang yang sedang jatuh cinta itu kadang suka heboh sendiri. Sibuk ngintip, sibuk stalking, sibuk cari2 perhatian, sibuk nyari tahu.

Padahal, orang yang dia sukai, boleh jadi sudah tidur jam segini.
-Tere Liye-




“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
— Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"



Seorang cowok yang sungguh baik dan paham, maka dia tidak akan pernah mengajak cewek, orang yang dia sukai untuk pacaran, berdua2an, mojok, dipegang2, dsbgnya. Tidak akan.
Dan sebaliknya, seorang cewek yang sungguh baik serta paham, tidak akan mau diajak pacaran, mojok, berdua2an, dipegang2, dsbgnya.

Catat dengan baik nasehat ini. Dan jadikan lampu petunjuk kapan pun kalian ingin mencari pasangan hidup.

-Tere Liye-




Sajak Jemuran
Sendal jepit saja, kelamaan ditinggal di depan rumah
Bisa hilang, apalagi motor keren nan kinclong
Bisa kabur sampai luar kota sana
Anak kambing, kelamaan ditinggal di lapangan rumput
Bisa raib, apalagi induk kerbau yang mahal
Bisa dibawa pergi sampai seberang pulau
Perhatikanlah sajak jemuran ini, Kawan
Segala sesuatu yang terlalu lama,
Beresiko hilang begitu saja, dan kita nelangsa habis2an
Karena sungguh,
Jemuran basah kelamaan digantung saja bisa hilang dibawa orang 
Apalagi soal perasaan, gantung saja lama2, nggak jelas, 
Nggak ada kepastian 
Maka dia bisa pergi tak berbekas







Cinta Yang Tak Tergapai

Kalau kita tidak bisa memperoleh apa yang kita cintai, maka my dear, cintailah apa yang kita miliki sekarang.

Karena cinta sejati, bukan sekadar angan, keinginan, mimpi. Tapi dalam banyak situasi cinta sejati adalah rasa syukur dalam keseharian. Dan ini berlaku dalam banyak hal. Ketika kita tidak bisa memperoleh sekolah/kampus yang kita cintai, kita inginkan, maka cintailah sekolah/kampus kita sekarang, boleh jadi ada rahasia besar di dalamnya. Jangan dibanding2kan, jangan merasa minder. Pun saat kita tidak bisa menggapai jenis pekerjaan yang kita cintai, idamkan, maka cintailah pekerjaan kita sekarang. Terus bekerja dengan sungguh2, tidak banyak mengeluh, tidak malas2an, apalagi penuh perhitungan adalah bentuk kongkret dari cinta sejati, kebersyukuran.

Sungguh tidak akan mengerti hakikat terdalamnya cinta, orang2 yang selalu saja mendefinisikan cinta itu adalah sesuatu yang harus dikejar, dimiliki. Karena boleh jadi, ketika sibuk mengejarnya, dia akan kehilangan kesempatan bahwa di sekitarnya berserakan miliknya.

Kita menyukai seseorang misalnya? Siang malam terbebani oleh perasaan tersebut, lantas apa yang harus dilakukan? Kalau kita pejuang tangguh, silahkan berangkat mengejar seseorang tersebut, taklukkan, miliki. Jadilah pangeran gagah perkasa. Tapi saat semua sudah digapai, lantas kenapa? So what? Apakah kemudian seperti di film2, akan muncul tulisan besar "the end"? Selesai. Penonton pulang, film berakhir bahagia.

Nyatanya tidak, di dunia nyata, perjalanan masih terus berlanjut, dan boleh jadi, ternyata semua tidak seseru yang kita harapkan. Ketahuilah, pernikahan paling bahagia antara dua kekasih hati bahkan tidak selesai saat mereka menikah. Film kehidupan itu justeru baru berubah menjadi sungguhan drama, thriller, aksi, atau horor saat telah menikah. Masalah datang silih berganti. Pertengkaran meletus. Dan dalam titik paling ekstrem, kehilangan cinta yang dulu sungguh tinggi menyala.

Maka my dear anggota page, kalau kita tidak bisa memperoleh apa yang kita cintai, selalu cintailah apa yang kita miliki sekarang. Keluarga kita sekarang, teman2 kita sekarang, pekerjaan kita sekarang, sekolah/kampus kita sekarang. Maka semuanya sungguh akan menjadi cinta sejati kita.

-Tere Liye-




*  Mengapa postingan Bang Tere selalu saja menyindir. Ya, ini benar-benar sindiran untuk saya. Jagalah hati dan pikiran hambaMu ini ya Allah. Selimuti dengan iman yang membaja, kokoh diterpa godaan yang nista. Aamiin ya rabbal 'alamiin.

Buat Ibu

Posted by Aulia RA , Friday, 8 November 2013 22:58

Ibu, aku adalah perempuanmu satu-satunya. Anak pertama pula. Lantas, apa engkau harus sampai sebegitunya melarang-larangku? Melarangku untuk melakukan hal yang sedari dulu ingin aku lakukan. Aku bukan anak perempuan yang dengan manjanya merengek minta dibelikan boneka. Memelas-melas minta baju atau sepatu baru warna merah muda. Sampai saat usia  yang ke-17 kini, aku pun tak meminta hal-hal yang biasanya diinginkan anak perempuan seusiaku.

Saat gadis-gadis seusiaku baru saja diberi jatah uang bulanan oleh orang tua mereka, aku hanya mendapat jatah harian. Tujuh ribu rupiah. Ya, jaman SMA beberapa bulan silam. Uang saku ku yang hanya cukup untuk untuk ongkos pulang-pergi sekolah dan jajan ala kadarnya di kantin, tak mungkin lah dengan uang tersebut aku bisa membeli barang-barang kesukaan anak perempuan pada umumnya. Walaupun ibu sering menanyakan, segitu cukup Ris? Aku hanya mengangguk. Mencukup-cukupkan. Aku tak suka membawa uang banyak-banyak. Takut habis buat beli yang tak semestinya dibeli. Boros. Melihat teman makan es krim, aku hanya berpikir, ah enaknya, mending sisa uang saku ini ditabung buat beli backpack gede daripada buat beli es krim, ingat Ris, ngirit. Lihat teman sekelas membawa tabloid fashion baru di kelas, ya ampun mending duitnya ditabung buat beli sandal gunung. Atau saat tahu teman punya handphone android baru, gila tu anak, itu hape beli sendiri apa dibeliin ya? Kalo aku sih mending buat beli buku kek, novel kek. Aku memang bukan tipe anak yang jika menginginkan sesuatu harus bisa atau langsung dipenuhi. Mesti pikir-pikir dulu. Nabung dulu. Apalagi sesuatu yang aku inginkan itu bukan barang yang sering diinginkan anak perempuan seusiaku. Sesuatu yang hanya orang tertentu saja yang mau punya, beli dan menggunakannya untuk hal ekstrim.

Ya, aku hanya ingin naik gunung. Aku ingin membeli semua perlengkapan ke gunung. Backpack besar-tinggi, sepatu/sandal gunung, matras, tenda dan semuanya yang berkaitan dengan pendakian gunung. Alamak, pasti keren sekali anak perempuanmu ini kalau sudah siap dengan dandanan selayaknya pendaki beserta segala perlengkapannya. Apalagi saat turun dari gunung-gunung yang sudah aku daki, anakmu ini masih saja berkelana ke daratan-daratan indah yang menghampar di bumi ini. Eropa, Amerika, Australia, Asia. Seluruh dunia sudah kupijak, Ibu, itu yang aku katakan kepadamu setelah pulang dari pengelanaanku itu. Ibu tahu Rusia? Kata orang, daratan itu bisa terlihat dari bulan. Lalu anakmu ini meluncur ke bulan. Membuktikan kata orang tersebut.

Tapi oh tapi, semua itu hanya rekaan anakmu saja. Coba saja ini bnar-benar terjadi di alam nyata. Pasti tetangga kita akan bilang, wah anakmu ini hebat sekali ya bu, sudah pernah kemana-mana. Kau akan bangga sekali mendengarnya, anakmu seorang petualang sejati. Tapi sekali lagi, ini bukan kenyataannya.

Keinginanku memang aneh dan sederhana, tidak berlebihan. Aku hanya ingin menjajaki bumi ini. Menelisik hingga ke palung-palung terdalamnya, setelah sebelumnya menaklukkan tanah tertingginya. Aku harus mengenali siapa yang rela aku injak sehari-hari, siapa yang rela aku ludahi saat dahakku memaksa keluar, siapa rela aku kutuk ketika aku marah dan bingung ingin menyalahkan siapa. Lantas aku bilang, kejamnya dunia ini, terkutuk kau! Dan aku pun bisa belajar darinya. Sebuah pelajaran yang tidak aku dapatkan di sekolah formal. Belajar untuk saling menghargai, hidup bersama dengan orang-orang asing yang ditemui di setiap perjalanan, makan seadaanya yang penting kenyang, menerapkan hukum alam dan rimba di tempat dan kehidupan  yang sesungguhnya serta belajar bagaimana caranya agar aku bisa bertahan hidup.

Semuanya ini tidak dapat berjalan sesuai keinginanku karena satu hal, satu kendala. Restumu. Entah sudah ke berapa kalinya aku minta izin untuk naik gunung. Sejak pertama kali aku bilang, yaitu saat aku masih SMA, sampai sekarang pun ketika aku sudah menjadi mahasiswi, restu itu belum aku dapat. Masa mudaku semakin tipis. Usia ku makin bertambah. Aku ingin menggunakan 90 % masa mudaku untuk bertualang. Haha, bahkan sekarang sepersepuluhnya saja belum terlaksana. Aku ingin merasakan hidup di alam asli, mendengar lembut bisikan-bisikannya, menatap elok parasnya.


Ya, aku ingin merasakan sari pati hidup. Edensor…