Pergi Saja (1)
Posted by Aulia RA , Tuesday, 17 March 2015 01:03
Hari ini, pertemuan ini, tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku tak menyangka bahwa ini merubah segalanya. Aku percaya, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Apapun yang terjadi sudah disiapkan skenarionya oleh Tuhan. Dan berbagai skenario itu memiliki suatu tujuan. Karena aku telah sadar, kebetulan-kebetulan itu bernama takdir.
***
Aku adalah seseorang yang memiliki kebiasaan baru sekarang. Memikirkannya. Entah mengapa, apapun yang dia lakukan selalu nampak indah dimataku. Terlebih saat dia tersenyum. Ah, tidak dapat hilang dari pikiran, bahkan saat tidur pun masing terbayang. Tuhan, indah sekali makhluk yang Kau ciptakan itu, sungguh, itu benar-benar mahakaryaMu.
Tapi dia tak lebih dari sekadar angan. Tidak, tidak, aku tak akan memilikinya. Lebih baik aku lupakan saja dirinya, pikirku. Oh Tuhan, Kau tahu apa yang aku rasakan, tolonglah jangan perumit keadaan, aku tidak ingin menyakitinya. Aku harus mundur, ya, aku harus mundur, lagi-lagi pikiran ini datang. Sudahlah, mungkin aku harus menjalani tanpa tahu keadaan yang pasti.
Cinta, mengapa selalu saja rumit? Karena terkadang cinta bukan hanya soal dua orang yang saling mencintai, memiliki perasaan yang sama, atau telah bersepakat membuat komitmen. Padahal sebenarnya cinta itu perkara sederhana, jika kita bisa sabar, bersabar sedikit. Yang bikin rumit cinta adalah manusia itu sendiri. Terlalu tergesa-gesa, terlalu gegabah, terlalu sok pintar, terlalu sok mampu, dan terlalu sok pantas.
Seperti urusanku yang satu ini. Aku yang terlalu tergesa-gesa padahal baru kemarin, persis kemarin ini baru saja bertemu dengannya. Apakah iya ini memang cinta? Cinta yang datang dengan sangat cepat? Bahkan mengenalnya pun belum, hanya sekadar tahu nama saja. Aku tak pernah percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Itu cuma omong kosong, bualan orang-orang yang memuja cinta. Tapi dengan apa yang terjadi padaku ini, apakah kejadian ini belum cukup membuktikan bahwa cinta semacam itu memang ada? Atau bisa jadi ini adalah kekaguman sesaat saja? Entahlah. Butuh waktu lama untuk membuktikan hipotesis itu.
Ketika jatuh cinta, seperti ada kupu-kupu yang ingin keluar dari perutmu. Membuat agak mual dan sedikit geli. Ada perasaan yang bercampur aduk disitu. Lalu kupu-kupu tersebut berhasil keluar. Ia terbang di sekitar kepalamu, berkeliling mengitarinya. Macam ada bunga saja diatas rambutmu. Bahkan saat si kupu-kupu mengepakan sayapnya, ia mengeluarkan bubuk cahaya yang berpendar, memukau. Cinta, membuat yang tak ada seolah-olah menjadi ada dan membuat yang ada menjadi sepuluh kali lebih nyata.
Perkara ini semakin serius saja seiring bertambahnya waktu. Aku meyakinkan diri, ini bukan kekaguman sesaat, ini adalah cinta. Aku telah jatuh cinta dengan dia. Meskipun aku belum terlalu mengenalnya. Aku tak munafik, aku ingin memilikinya, sangat ingin memilikinya. Bahkan ada kemantapan yang muncul bahwa aku tak hanya ingin menjadi kekasihnya tetapi juga ingin menjadi pendamping hidupnya.
Tetapi lagi-lagi aku merasa tak pantas untuk memilikinya. Dia sudah terbang ke langit sedangkan aku masih berpijak di bumi. Jauh. Sulit untuk menggapainya. Aku selama ini hanya diam, berharap tatapanku dapat berbicara padanya, mengatakan bahwa aku mencintainya.[]
Parakan, 17 Maret 2015
Aulia RA
Post a Comment