Bingung dan Benci

Posted by Aulia RA , Sunday, 15 March 2015 17:18

Aku sangat bingung dan benci.

Bingung, karena sebenarnya siapa yang berhak menunggu dalam urusan ini. Siapa yang sebenarnya tak sadar membuat ini menjadi tampak buram, tidak jelas, gantung. Hal ini bukan jemuran yang harus digantung dulu biar kering, bukan pula sepatu yang rela digantung saat pemain sepak bola kelas dunia dengan bermacam alibinya memutuskan untuk berhenti menggiring bola di tengah riuh rendah para suporternya. Bukan, bukan begitu seharusnya. Walaupun kau mau berkali-kali bilang entah sampai kapan harus menunggu, kau harus sadar bahwa kaulah yang aku tunggu. Kau harus memutuskan untuk berpihak pada siapa. Berpihak pada hatiku atau hatinya. Aku bingung, aku harus menanggapimu bagaimana sementara kau memiliki komitmen dengan pihak lain. Yang notabene lebih sulit ditunggu oleh orang yang sudah sepakat membuat komitmen dengan kita dibanding mencintai orang yang lainnya lagi. Dalam pertentangan dan persimpangan ini, aku tak tahu harus bagaimana.

Benci, karena terjebak dalam masalah ini. Masalah yang datang tak terduga, tak terencana sebelumnya. Lalu ia meletup bagai uranium, dan menguar bersama hilangnya oksigen suci di atmosfer. Menyapu seluruh jagad. Yang membuat aku berharap bahwa ini cuma halusinasiku saja. Namun saat aku cubit tanganku, aku merasakan sakit. Dan saat aku mengiris dadaku, aku merasa seperti ingin mati. Yang membuatku ingin memiliki mesin waktu, menelusuri sepanjang koridor dan lorong waktu dan akhirnya sampai sebelum ke masa ini. Masa dimana aku belum mengenal benci, waktu dimana aku belum merasakan perasaanku. Tapi apa mau dikata, aku tak dapat melakukannya. Karena semesta tak pernah membantuku dan jagad raya terlanjur ogah untuk jadi penolong. 







Bintaro, 7 Maret 2014


Aulia RA




p.s. judul sebenarnya adalah bingung, benci, dan muak

0 Response to "Bingung dan Benci"

Post a Comment