Aku Berbeda, Aku Tak Sama
Posted by Aulia RA , Friday, 9 January 2015 20:59
Berbicara tentang perbedaan, tak akan pernah ada habisnya. Yang ini lah, itu lah. Ada saja yang akan dibahas.
Kata orang, perbedaan itu memberi warna kehidupan. Berbeda, tak sama dengan yang lain. Berbeda, bisa saja jadi yang baik atau buruk. Dari perbedaan dapat tercipta suatu harmoni, suatu keselarasan. Pun adanya kesatuan dalam perbedaan.
Di kasusku, aku menjadi tokoh yang berbeda. Yang diberi yang demikian ini. Mau tak mau ya harus menerima. Aku itu unik, aku itu spesial, aku itu berbeda. Ya, berbeda.
Jika orang lain dapat melakukan itu aku tidak. Jika orang lain dapat merasakan itu, aku tidak. Jika orang lain diperlakukan begitu, aku tidak.
Buatmu, entah aku ini termasuk berbeda yang baik atau yang buruk. Aku akan sangat senang jika ternyata aku adalah berbedamu yang baik. Tapi aku hanya bisa minta maaf jika ternyata aku adalah berbedamu yang buruk. Aku hanya mencoba, berusaha untuk jadi yang terbaik. Mungkin kamu sempat membandingkan aku dengan orang lain. Mengapa aku hanya begini, sedangkan orang lain bisa begitu, bisa lebih dari aku.
Dan mungkin kamu kecewa dengan aku yang begini.
Ya, aku hanya seseorang yang dipilih Tuhan dengan perbedaan seperti ini. Apakah aku bisa menerima perbedaan ini? Dan apakah orang lain mau menerima aku yang berbeda ini? Bukankah orang paling berhati lapang dan bijaksana lah yang mampu 'menerima'?
Berbedanya seseorang karena hal baik, itu akan membikin dia serasa berkelana diatas awan. Bangga bukan kepalang. Tersanjung-sanjung dengan perbedaan yang dia miliki. Terbuai dengan segala kelebihan yang dia punyai. Jika keterlaluan, besarlah kepalanya.
Lain dengan yang ini.
Berbedanya seseorang karena hal buruk, itu akan membikin dia serasa amblas ke dalam tanah. Sedih tak terkira. Terseok-seok membawa perbedaan yang dia miliki. Tersendat-sendat menarik beban yang dia punyai. Jika keterlaluan, putuslah harapannya.
Aku pun merasa, aku dikaruniai perbedaan dalam hal yang tidak baik. Aku tak bisa menjadi seperti dia, dia, atau dia. Tak bisa melakukan seperti dia. Tak bisa merasakan seperti dia. Dan tak diperlakukan seperti dia.
Hal yang dulu dan kini pun sudah berbeda. Ah, begitu banyak hal yang berubah, hal yang berbeda.
Terkadang aku suka kepikiran, aku berbeda tapi ingin melakukan dan merasakan yang sama. Terlebih untuk diperlakukan yang sama dengan orang lain.
Apakah bisa aku membahagiakanmu dengan kondisi diriku yang berbeda ini? Ditambah segala keterbatasan ini? Aku bingung, aku tak tahu. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum karena aku. Membuatmu bangga karena aku. Membuatmu bahagia karena memilikiku.
Diriku hanya seperti ini. Apa adanya, tak mau melebih-lebihkan. Yang tampak olehmu adalah yang kupunya dan sanggup kuberi.
Namun aku cukup bahagia dengan perbedaan yang ada padaku. Bersyukur karena bisa melakukan, merasakan yang tidak bisa orang lain lakukan. Pun dengan diperlakukan demikian, aku masih bersyukur. Karena aku masih bisa merasakan hal bernama 'kecewa' bahkan 'sakit hati'. Aku sudah mau menerimanya, Tuhan.
Sekali lagi, maafkan aku dengan aku yang berbeda seperti ini. Aku yang tak disanjung, tapi dihina. Aku tak membuatmu bangga, malah membuatmu kecewa. Aku yang tak bahagia, aku yang merana. Aku yang dekil, bukan aku yang bersih mulus. Aku yang menangis, bukan aku yang tersenyum. Aku yang berbeda, aku yang tak sama dengan orang lain.
Temanggung, 10 Januari 2015 ; 01:25
Aulia RA
Post a Comment