Salahkah Aku, Cinta?

Posted by Aulia RA , Tuesday, 10 February 2015 19:17




Cinta.

Banyak sekali yang bisa kita bicarakan mengenai benda bernama cinta. Hal menyedihkan, menyakitkan, pun membahagiakan dapat terjadi karena cinta. Siapa yang dapat menyangkal datangnya cinta ini? Tidak ada.
Cinta itu buta. Cinta itu gila. Cinta itu misteri. Cinta itu hina.

Akan aku ceritakan padamu tentang hal ini, Kawan. Buatku, cinta itu tega. Sangat sangat tega. Cinta sangat menyiksa. Bagaimana tidak? Cinta datang tiba-tiba, tidak memandang siapa yang akan ia datangi. Cinta datang begitu saja dan tidak gampang ia pergi. Kadang cinta tak datang di waktu yang tepat, sehingga ada seseorang yang tersakiti. Tak dapat kutampik pula jika cinta itu datang tanpa kesengajaan. Cinta itu tega tapi juga tidak sepenuhnya bersalah. Bahwa sebenarnya takdirlah yang membuat cinta hadir. Dari banyak kebetulan yang manusia alami, manusia tidak sadar bahwa kebetulan-kebetulan itu bernama takdir.  

Salah satu kebetulan bernama takdir itu adalah ketika kita mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Ya, orang yang kita cintai ternyata mencintai orang lain. Betapa menyakitkannya kenyataan tersebut. Kita sungguh-sungguh ingin menampik perasaan itu. Namun, perasaan adalah perasaan. Kita tidak bisa membohonginya. Aku mencintainya, iya, memang itu yang aku rasakan. Berbagai pertanyaan muncul. Mengapa ini terjadi padaku? Mengapa harus dengannya? Mengapa kenyataannya seperti ini? Sekuat tenaga kita mencoba lari dari kenyataan itu, tapi ia justru lebih kuat mengejar kita. Semakin kita tidak peduli padanya, semakin sulit untuk melepas. Rasanya sudah tak sanggup untuk pergi dari cinta. Ah, teganya cinta itu. Andai saja aku tak memiliki segumpal perasaan cinta ini. Aku tak akan merasa selemah ini. Gamang, bimbang, takut, kecewa, terluka, semua bercampur jadi satu. Melupakan seseorang mungkin tak sesulit melupakan perasaan. 

"Ketika kau jatuh cinta dengan orang yang sudah dimiliki orang lain, mengakui kenyataannya adalah menyakitkan. Semakin kau tahu berapa besar mereka saling mencintai, rasa sakit yang kau rasakan, dan itu akan lebih menyakitkan jika kau memilih untuk menjadi seorang pengalah. Kau harus menjaga dalam-dalam setiap perasaan, menunggu untuk melihat bahwa kau baik baik saja disini.

Lalu, salahkah?

Mungkin, itu hanya waktu yang tidak tepat yang kita miliki. Berjalannya waktu lambat laun mempertemukan kita nantinya. Kita bertemu pada waktu yang salah dan kaulah yang terluka."
Lagi-lagi, tidak ada yang dapat menyalahkan cinta. Cinta itu datang tiba-tiba, tanpa permisi, tanpa mengenal siapa yang akan ia datangi. 

Kita juga tidak bisa menyalahkan seseorang yang mencintai orang yang sudah dimiliki orang lain. Dia tidak tahu jika sudah ada yang memiliki, ataupun sudah tahu dan cinta yang datang tidak tepat. Entahlah. Susah untuk menyelesaikan perkara soal cinta. 

Saat mencintai seseorang kita hanya bisa memberi. Bukankah tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah? Terlebih untuk menerima, menerima setiap keadaan, entah itu menyenangkan atau menyakitkan. Lalu, kita hanya bisa menunggu. Menunggu sampai tiba waktunya kita akan dipertemukan dengan seseorang yang kita cintai dalam sebuah ikatan manis, lalu disebut sejoli. Namun, jika pada akhirnya kita tidak dipertemukan dengannya, kita harus mau menerima. Biarkan dia hidup bahagia bersama orang yang mencintainya dan kita senantiasa mendoakannya. Dalam proses menunggu itu, kita jatuh cinta sendirian dan menjaga cinta sendirian. Dengan harapan akan mendapat yang terbaik. Harapan untuk hidup bersamanya.
Cinta bukan soal memiliki atau tidak memiliki. Tapi cinta adalah soal menerima.




Parakan, 10 Februari 2014 ; 19:50
Aulia RA

0 Response to "Salahkah Aku, Cinta?"

Post a Comment