Hari ini aku bermimpi.
Aku bermimpi menuliskan buku dongeng pertamaku.
Sejak kamu membuatkanku ilustrasi-ilustrasi ini,
aku merasa mimpiku semakin dekat.
Belum pernah sedekat ini.
Hari ini juga aku bermimpi.
Aku bermimpi bisa selamanya menulis dongeng.
Aku bermimpi bisa berbagi dunia itu bersama kamu dan ilustrasimu.
Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat,
segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar.
Dan Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Selamat Ulang Tahun.
Dari Kugy Kepada Keenan
Perahu Kertas, Dee
Perahu kertasku kan melaju, membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila, tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku, betapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi, cita-cita
Yang lama kupendam sendiri
Berdua, bisa kupercaya
Ku bahagia, kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Tiada lagi yang mampu berdiri
Halangi rasaku cintaku padamu
Posted by
Aulia RA
,
11:31
Kepada lelaki disana
Yang memandangiku dari sudut
Hati sudah bersambut
Tapi jarak masih terpaut
Kepada lelaki disana
Yang memandangiku dibalik punggung
Perasaan terus menggunung
Dan suara hati terus menggaung
Kepada lelaki disana
Yang memandangiku dari jauh
Kita adalah sepotong hati yang utuh
Untuk menyakitinya korbankan peluh
Kepada lelaki disana
Yang memandangiku dalam diam
Kita sekuat logam
Terus menguat walau sampai malam
Kepada lekaki disana
Yang memandangiku dari tengah keramaian
Aku dan kamu bukanlah suatu keanehan
Untuk selalu bergandengan
Kepada lelaki disana
Yang menjadikanku bunga tidurmu
Setiap hari kita bertemu
Tapi hanya sekali dalam seminggu
Kepada lelaki disana
Yang menyebut namaku dalam doanya
Tak perlu banyak tanya
Untuk yakin mencintainya
Kepada seorang lelaki, dari seorang kekasih yang menantimu
di ujung jalan sana.
Bintaro, Selasa, 20 Mei 2104
11.30 a.m
-Aulia Wijanarko-
Ah, sudah jam segini ternyata
Aku masih berada dalam alam nyata
Enggan memasuki dunia maya
Yang penuh dengan gaya
Di Minggu dini hari
Aku terus menanti
Datangnya saat-saat berarti
Yang mampu obati luka hati
Di Minggu dini hari
Aku lelah menanti
Datangnya saat-saat berarti
Yang kian tak pasti
Di malam saat tahajud
Aku terlarut dalam sujud
Merasakan benda tak berwujud
Yang aku dapat hanya saat sujud
Di malam saat manusia tidur
Aku masih terpekur
Tak mampu lagi untuk mengukur
Seberapa besar nilai luhur
Ah, aku bosan
Menatap kilau perhiasan
Teringat batu nisan
Yang akan mengunci semua lisan
Aku malas
Beranjak meninggalkan alas
Yang terdiam tak membalas
Bisu bagai sebuah gelas
Aku bingung
Hanya menyisakan dengung
Kian lama kian bergabung
Kumpulan rasa berkabung
Di Minggu dini hari
Aku menyadari
Sungguh bodohnya diri
Termakan rasa iri
Di Minggu dini hari
Aku ingin lari
Meninggalkan duri-duri
Yang menancap di kulit ari
Minggu dini hari
Aku adalah seorang diri
Berlagak sok berani
Menuju ke kamar mandi
Bintaro, Minggu 4-Mei-2014
03.34 a.m
-Aulia Wijanarko-