Dear Kamu (Enigma #1)

Posted by Aulia RA , Sunday, 17 January 2016 06:49

Aku rasa semesta begitu jahat kepadaku. Bagaimana tidak? Saking luasnya, dia tak memberiku setapak yang kujejaki untuk menemukanmu. Ya, menemukanmu, menemukan dirimu yang sesungguhnya. Semesta begitu besarnya sampai-sampai aku tak banyak tahu tentangnya. Pun dirimu. Terkadang aku merasa asing denganmu. Lebih tepatnya terasingkan barangkali. Tentang siapa dirimu, apa yang sudah kamu lalui, siapa yang pernah menyenangkan hatimu, siapa saja yang pernah kamu bahagiakan, apa yang tersembunyi dalam hatimu, dan tentang-tentang yang lainnya. Aku tak banyak tahu. Aku ibarat noktah kecil yang tak berarti apa-apa. Mengganggumu. Aku tak tahu, aku tak tahu banyak tentangmu. Kamu tersembunyi dalam persembunyianmu. Aku takut.

Tanpa aku mengatakan lebih dulu, kamu pasti tahu bahwa masa lalumu sangat menggangguku. Bukan begitu? Apa kamu malah tidak tahu? Baiklah, akan aku jelaskan. Semua orang punya masa lalunya masing-masing, aku tahu itu. Kamu. Aku. Masa laluku tak lebih baik dari siapapun, aku juga membencinya. Tapi masa lalumu, aku lebih membencinya karena dia mengganggu. Aku juga heran, mengapa aku tak mudah menerimanya, sulit memaafkannya, barangkali karena aku sudah terlalu dan terlanjur sakit hati, ya? Haha, itu bisa saja. Dari dulu aku tak pernah bisa berdamai dengan ini. Maafkan aku.

Laiknya luka yang disiram air garam, inilah kondisi hatiku saat ini, jika kamu ingin tahu. Satu kesalahan dampaknya bisa sebesar ini ternyata. Hilangnya rasa percaya, makin seringnya muncul keraguan, makin seringnya aku menangis sendirian, dan kebencian yang tak kunjung hilang. Aku tidak nyaman dengan itu semua. Tapi kamu ingat, kan, siapa dalang dibaliknya? Haha. Ironi.

Aku bisa apa. Jika tiba-tiba kamu merindukannya, aku tahu, rasa kangen pasti pernah muncul. Atau sekarang sedang muncul, ya? Jika kamu ternyata lebih peduli padanya dibandingkan aku. Diam-diam kamu selalu menunggu kabarnya, yang mungkin kamu dapatkan dari orang lain. Mendapatkan kabarnya melalui perantara. Mungkin kamu hanya ingin memastikan bahwa dia sekarang baik-baik saja, sekarang dia sudah bahagia, terlihat dari senyumannya. Senyuman yang pernah membuatmu senyum sendiri, jatuh cinta. Ah, aku bisa apa. Hanya mengutuki takdir bahwa itu tak adil buatku. Aku menangis tanpa suara dan air mata. Menyakitkan sekali dagelan ini.

Dear kamu, maafkan aku sekali lagi. Aku tak seperti yang kamu kira. Kamu juga tak tahu sepenuhnya tentang diriku. Banyak yang tersembunyi dariku. Tapi apakah kamu penasaran dengan yang tersembunyi itu? Seperti aku yang selalu penasaran dengan segala ketersembunyianmu sampai-sampai aku sibuk mencari tahu sendiri dan berujung pada sakit hati yang makin liar.

Satu hal yang harus kamu tahu. Saat ini aku sedang terluka. Lagi dan lagi.

Mau kamu siramkan lagi air garam itu ke lukaku?

Terimakasih, kamu :)



Yogyakarta, 17 Januari 2016 | 6:46

Aulia RA